Senin, 29 Agustus 2011

Misteri Dibalik Foto Bersejarah Bung Tomo

Bung Tomo
Siapa sih yang tak kenal bung Tomo? Bung Tomo merupakan salah satu pahlawan Indonesia yang sangat dikenang jasanya sebagai penyemangat darah muda arek-arek Surabaya yang mengusir penajajah dari bumi Indonesia ini. Disetiap tanggal 10 November kita rakyat Indonesia merayakan hari pahlawan yang didasari akan perjuangaan-Nya tersebut untuk mengenangnya.

Tak sedikit dari buku-buku sejarawan yang memakai foto bung Tomo seperti disamping ini. Namun, banyak orang yang berpikir bahwa foto tersebut diambil ketika terjadi insiden perlawanan Indonesia terhadap ultimatum pasukan sekutu(Inggris) yang dibelakangi oleh NICA(Belanda). Pemikiran tersebut sebenarnya tidaklah benar, banyak dari para sejarawan yang mengatakan bahwa foto tersebut mustahil bila diambil pada saat peristiwa 10 November 1945 sedangkan terlihat pada foto tersebut bahwa pidato yang disampaikan oleh Bung Tomo tampak dalam keadaan tidak terlalu tegang.


Untuk diketahui, meletusnya perlawanan pada 10 November itu terkait dengan ultimatum Sekutu kepada para pejuang Indonesia, khususnya di Surabaya, agar menyerahkan diri dan senjatanya dengan mengangkat tangan di atas kepala.

Ultimatum diberikan oleh Mayor Jenderal Robert Mansergh setelah tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby (pimpinan tentara Sekutu/Inggris untuk Jawa Timur), pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30 WIB di sekitar Jembetan Merah. Mansergh merupakan pengganti Mallaby, dan menuduh bahwa yang menewaskan Mallaby adalah pejuang Indonesia meskipun hal itu hingga kini belum jelas karena tewasnya Mallaby terjadi dalam situasi baku tembak yang kacau antara pejuang Indonesia dan pasukan Inggris.
Putra kedua Bung Tomo, Bambang Sulistomo, membenarkan bahwa ayahnya tidak sempat diabadikan pada perang 10 November 1945. Sebab, peran Bung Tomo yang penting dalam perlawanan kala itu membuat keberadaannya selalu dirahasiakan.

Dalam suatu kesempatan kepada Surya, Sulistinah (istri Bung Tomo) pernah mengakui juga bahwa foto itu tidak dijepret di Surabaya. Pernyataan Sulistinah ini diperkuat dengan tidak adanya satu pun surat kabar yang memuat foto Bung Tomo berpayung ini pada tahun 1945.
Foto tersebut pertama kali muncul dalam majalah dwi bahasa, Mandarin dan Indonesia, Nanjang Post, edisi Februari 1947. Di bawah foto itu dijelaskan bahwa Bung Tomo –yang pada 2008 lalu dinobatkan sebagai pahlawan nasional– sedang berpidato di sebuah lapangan di Mojokerto dalam rangka mengumpulkan pakaian untuk korban Perang Surabaya.

Saat itu masih banyak warga Surabaya yang bertahan di pengungsian di Mojokerto dan jatuh miskin. Sementara Surabaya sedang diduduki pasukan Sekutu.

Lantas siapa yang memotret Bung Tomo sehingga foto hitam putih tersebut seperti sudah mewakili cerita tentang kegagahan perjuangan 10 November? Hingga saat ini para sejarawan masih mencari-cari siapa penjepret dari foto misterius tersebut.

SUMBER